Desa Bumirejo sebuah desa pesisir yang terletak di
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati merupakan sebuah desa kecil yang terletak di
pinggiran sungai pelabuhan Juwana yang mayoritas penduduknya adalah nelayan. Dahulu kala sebelum tahun 1960 Desa
Bumirejo awalnya bernama Tawangrejo. Nama tersebut
mempunyai arti tersendiri, “Tawang” yang berarti “Padang atau Terang” dan
“Rejo” yang berarti “Ramai”. Mengapa disebut demikian? Karena dahulu kala desa
tersebut masih sangat jarang terdapat rumah-rumah warga, keberadaan bangunan
rumah warga pada masa itu bisa di hitung dengan jari. Jarak rumah antara warga
yang satu dengan yang lainnya sangat jauh, karena hal itulah desa Bumirejo dulunya
bernama Tawangrejo. Kemudian setelah tahun 1960an barulah nama Tawangrejo
berganti nama menjadi Bumirejo, “Bumi” yang berarti “Tanah” dan Rejo yang
berarti “Ramai”. Pergantian nama dari Tawangrejo menjadi Bumirejo terjadi pada
saat kepemimpinan Kepala Desa Bapak Sumito Sidon. Mengapa nama Tawangrejo
berganti nama menjadi Bumirejo? Karena setelah tahun 1960an desa tersebut
mengalami kemajuan pertambahan penduduk. Faktor pendatang dan juga faktor
pernikahan yang menghasilkan banyak keturunan dan menetap di Desa Bumirejo. Sehingga
dari perkembangan populasi penduduk di Desa Bumirejo membuat lahan-lahan yang
tadinya lahan kosong mulai ramai dibangun rumah-rumah warga. Sehingga Desa
Bumirejo sudah mulai nampak ramai dengan adanya pertambahan penduduk dan rumah-rumah
penduduk. Itulah yang menjadi faktor pergantian nama dari Tawangrejo menjadi
Bumirejo, yang apabila diartikan adalah Bumi yang ramai atau tanah yang ramai.
Desa Bumirejo terdiri dari beberapa perdukuhan.
yaitu yang pertama di sebelah utara SPBU yang terletak di selatan (saat ini
terdapat SPBU), dahulunya adalah daerah yang bernama Karangmbugel, kemudian
Ngebruk, Bencikan, Ndemakan (pecinan), Nukangan dan Pulo. Kemudian masih
sekitar tahun 1960an, penduduk Desa Bumirejo sering mengadakan kegiatan bernama
“Jogo Deso” atau yang berarti “Menjaga Desa”, dimasa sekarang ini lebih akrab
disebut dengan Ronda atau Siskamling, dan dilakukan pada waktu malam hari.
Karena kondisi jalanan yang masih sangat sepi, pada waktu Maghrib hingga malam
hari banyak warga yang bersantai di jalanan Desa Bumirejo. bahkan saat
melakukan Jogo Deso jalanan bisa dipakai untuk tidur-tiduran karena memang
kondisi jalanan yang masih sangat sepi. Namun jangan salah, di siang hari
jalanan di desa ini sudah di lalui oleh kendaraan transportasi umum yaitu bus,
meskipun pada masa itu hanya ada tiga bus yang ada yaitu Bromo, Muria dan
Damri.
Pada masa itu mayoritas penduduknya adalah suku Cina
dan juga para warga yang beragama Hindu. Saat itu belum ada yang memeluk agama
Islam. Di Desa ini khusunya daerah Ndemakan sampai saat ini masih didominasi
oleh orang-orang Cina atau disebut Pecinan. Di daerah Ndemakan ini juga
terdapat Klenteng sebagai tempat ibadah orang-orang Cina, dan keberadaan
Klenteng tersebut masih terawat dengan baik hingga sampai saat ini.
Kemudian dilihat dari segi perekonomian yang
mayoritas penduduknya sampai saat ini adalah nelayan, perkembangan dari tahun
ke tahun mengalami kemajuan pesat. Sejak sekitar tahun 1955 sampai dengan tahun
1965, khususnya para nelayan, masih kalang kabut. Untuk makan saja pada waktu
itu masih sangat susah, bahkan untuk ukuran orang yang mempunyai uang saja pada
waktu itu hanya bisa makan nasi jagung, sedangkan untuk ukuran orang miskin
pada waktu itu hanya bisa makan ketela rebus dan labu. Pada jaman dahulu karena
pengetahuan penduduk yang masih sangat rendah dan teknologi yang masih sangat
terbatas, belum ada mesin untuk membantu nelayan dalam bekerja, sehingga masih
menggunakan alat-alat nelayan tradisional, untuk kapal ukuran kecil maupun
ukuran besar masih menggunakan dayung. Kemudian lambat laun sekitar tahun
1980an munculah alat tangkap jenis troll atau pukat harimau, namun alat
tersebut kemudian dilarang oleh pemerintah pada masa pemerintahan Presiden
Soeharto. Kemudian pada waktu itu muncul Kepres 39 yang sangat membantu bagi
para nelayan, yaitu alat tangkap dan mesin semuanya baru dan sangat membantu
kemajuan bagi para nelayan.
Di dekat Desa Bumirejo juga terdapat sebuah pelabuhan yaitu Pelabuhan Juwana. Pada masa pergantian nama Desa Tawangrejo menjadi Desa Bumirejo pelabuhan Juwana sudah ramai sebagai jalur lintas perdagangan antar luar Jawa, yang mayoritasnya berasal dari Kalimantan yang berupa kayu-kayu Kalimantan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar