Sabtu, 22 Agustus 2015

SEJARAH DESA BUMIREJO



Desa Bumirejo sebuah desa pesisir yang terletak di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati merupakan sebuah desa kecil yang terletak di pinggiran sungai pelabuhan Juwana yang mayoritas penduduknya adalah nelayan. Dahulu kala sebelum tahun 1960 Desa Bumirejo awalnya bernama Tawangrejo. Nama tersebut mempunyai arti tersendiri, “Tawang” yang berarti “Padang atau Terang” dan “Rejo” yang berarti “Ramai”. Mengapa disebut demikian? Karena dahulu kala desa tersebut masih sangat jarang terdapat rumah-rumah warga, keberadaan bangunan rumah warga pada masa itu bisa di hitung dengan jari. Jarak rumah antara warga yang satu dengan yang lainnya sangat jauh, karena hal itulah desa Bumirejo dulunya bernama Tawangrejo. Kemudian setelah tahun 1960an barulah nama Tawangrejo berganti nama menjadi Bumirejo, “Bumi” yang berarti “Tanah” dan Rejo yang berarti “Ramai”. Pergantian nama dari Tawangrejo menjadi Bumirejo terjadi pada saat kepemimpinan Kepala Desa Bapak Sumito Sidon. Mengapa nama Tawangrejo berganti nama menjadi Bumirejo? Karena setelah tahun 1960an desa tersebut mengalami kemajuan pertambahan penduduk. Faktor pendatang dan juga faktor pernikahan yang menghasilkan banyak keturunan dan menetap di Desa Bumirejo. Sehingga dari perkembangan populasi penduduk di Desa Bumirejo membuat lahan-lahan yang tadinya lahan kosong mulai ramai dibangun rumah-rumah warga. Sehingga Desa Bumirejo sudah mulai nampak ramai dengan adanya pertambahan penduduk dan rumah-rumah penduduk. Itulah yang menjadi faktor pergantian nama dari Tawangrejo menjadi Bumirejo, yang apabila diartikan adalah Bumi yang ramai atau tanah yang ramai.
Desa Bumirejo terdiri dari beberapa perdukuhan. yaitu yang pertama di sebelah utara SPBU yang terletak di selatan (saat ini terdapat SPBU), dahulunya adalah daerah yang bernama Karangmbugel, kemudian Ngebruk, Bencikan, Ndemakan (pecinan), Nukangan dan Pulo. Kemudian masih sekitar tahun 1960an, penduduk Desa Bumirejo sering mengadakan kegiatan bernama “Jogo Deso” atau yang berarti “Menjaga Desa”, dimasa sekarang ini lebih akrab disebut dengan Ronda atau Siskamling, dan dilakukan pada waktu malam hari. Karena kondisi jalanan yang masih sangat sepi, pada waktu Maghrib hingga malam hari banyak warga yang bersantai di jalanan Desa Bumirejo. bahkan saat melakukan Jogo Deso jalanan bisa dipakai untuk tidur-tiduran karena memang kondisi jalanan yang masih sangat sepi. Namun jangan salah, di siang hari jalanan di desa ini sudah di lalui oleh kendaraan transportasi umum yaitu bus, meskipun pada masa itu hanya ada tiga bus yang ada yaitu Bromo, Muria dan Damri.
 
Pada masa itu mayoritas penduduknya adalah suku Cina dan juga para warga yang beragama Hindu. Saat itu belum ada yang memeluk agama Islam. Di Desa ini khusunya daerah Ndemakan sampai saat ini masih didominasi oleh orang-orang Cina atau disebut Pecinan. Di daerah Ndemakan ini juga terdapat Klenteng sebagai tempat ibadah orang-orang Cina, dan keberadaan Klenteng tersebut masih terawat dengan baik hingga sampai saat ini.
Kemudian dilihat dari segi perekonomian yang mayoritas penduduknya sampai saat ini adalah nelayan, perkembangan dari tahun ke tahun mengalami kemajuan pesat. Sejak sekitar tahun 1955 sampai dengan tahun 1965, khususnya para nelayan, masih kalang kabut. Untuk makan saja pada waktu itu masih sangat susah, bahkan untuk ukuran orang yang mempunyai uang saja pada waktu itu hanya bisa makan nasi jagung, sedangkan untuk ukuran orang miskin pada waktu itu hanya bisa makan ketela rebus dan labu. Pada jaman dahulu karena pengetahuan penduduk yang masih sangat rendah dan teknologi yang masih sangat terbatas, belum ada mesin untuk membantu nelayan dalam bekerja, sehingga masih menggunakan alat-alat nelayan tradisional, untuk kapal ukuran kecil maupun ukuran besar masih menggunakan dayung. Kemudian lambat laun sekitar tahun 1980an munculah alat tangkap jenis troll atau pukat harimau, namun alat tersebut kemudian dilarang oleh pemerintah pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Kemudian pada waktu itu muncul Kepres 39 yang sangat membantu bagi para nelayan, yaitu alat tangkap dan mesin semuanya baru dan sangat membantu kemajuan bagi para nelayan.
 

Di dekat Desa Bumirejo juga terdapat sebuah pelabuhan yaitu Pelabuhan Juwana. Pada masa pergantian nama Desa Tawangrejo menjadi Desa Bumirejo pelabuhan Juwana sudah ramai sebagai jalur lintas perdagangan antar luar Jawa, yang mayoritasnya berasal dari Kalimantan yang berupa kayu-kayu Kalimantan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar